الحمد لله ذى الجلال والاكرام, الذي جعل شهر المحرم مفتاحا لكل عام,
والصلاة والسلام عاى سيدنا محمد الداعي بقوله وفعله الى دار السلام, وعلى اله
واصحابه نجوم الظلام, امابعد.
Al Mukarrom para alim ulama
Kepada ....
yang saya hormati
Kepada .... yang saya hormati
Para undangan yang berbahagia
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan usia panjang
kepada kita sehingga kita masih bisa menghirup udara segar dipagi hari da
berkumpul dimajelis ta’lim ini.
Sholawat salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga sahabat dan seluruh pengikutnya, seluruh umat
yang mengikuti beliau hingga hari pembalasan.
Hadirin
yang semoga dirahmati Allah
Banyak yang menjadikan moment tahun baru sebagai kesempatan untuk
bersuka ria, pesta kembang api dimana-mana, terompet ditiup dimana-mana. Lalu
bagaimana dengan tradisi tahun baru Hijriyah?
Memperingati tahun baru Hijriyah memang tidak pernah dilakukan oleh
Rasulallah SAW sebagaimana penetapan Hijrah Nabi dan para sahabat juga tidak
pernah dijadikan tonggak awal tahun Islam. Akan tetapi yang jelas, Kholifah
Umar bin Khathab menjadikan hijrah Nabi dan para sahabat sebagaii tahun baru
bagi uat Islam telah disepakati para sahabat meski hat itu tidak termasuk
dilakukan pada masa Rasulullah SAW.
BERMUHASABAH
UNTUK MENINGKATKAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Hadirin sekalian yang berbahagia
Mengadakan
intropeksi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Dan inilah
salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita di tahnun ini yaitu Muhasabah. Hal itu diungkapkan oleh Allah
SWT dalam firman-Nya:
ياايهاالذين
امنوااتقواالله ولتنظرنفس ماقدمت لغد وتقوالله ان لله خبير بما تعملون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
(QS. Al-Hasyr : 18)
Ayat tersebut mengingatkan kepada kita, bahwa kita semua semakin
tua semakin dekat dengan akhir kehidupan kita masig-masing. Dan kita semua akan
mati, akan kembali kepada Allah. Maka sebaiknya kita mantapkan iman dan taqwa
kita kepada Allah, kita perbanyak amal kebaikan dan pengabdian kita.
Demikianlah pentingnya muhasabah di dalam diri setiap individu. Tanpa muhasabah
yang ikhlas maka seseorang itu akan sentiasa berasa diri tidak pernah melakukan
kesalahan. Bermuhasabahlah diri dengan hati yang terbuka agar kita boleh
memperbaiki kebatilan dan kelamahan diri sebelum diri kita menemui ajal.
KESUKSESAN
DAN KEGAGALAN DALAM DIRI
Hadirin yang berbahagia
Dalam muhasabah pun dikemukakan didalam hadits Rasulallah SAW. Yang
diriwayatkan oleh Imam Turmudhi dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw.,
bahwa beliau bersabda :
الكيس
من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمنى على الله.
“Orang-orang yang cerdas adalah orang yang
mengevaliasi dirinya dan berbuat untuk kehidupan setelah kematian. Orang yang
lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan bertamanni kepada Allah”.
Hadits di atas menggambarkan pentingnya muhasabah dalam menjalani
kehidupan di dunia ini. Muhasabah atau intropeksi diri inilah yang
digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain
itu, Rasulullah SAW juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu harus
ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan
sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah
kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw.
langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan
berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan. Adapun hal menarik
yang tersirat dari hadits di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw.
mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa melakukan evaluasi terhadap
amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan
akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam
rangka peningkatan kepribadiannya sendiri.
Hadirin,,, Sementara
kebalikannya, yaitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang
lemah’, memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya,
membiarkan hidupnya tidak memiliki tujuan. Sedangkan yang kedua adalah memiliki
banyak angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap Allah.’ Maksudnya
adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi,
sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya
kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan
kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni
dosa-dosanya tanpa beramal.
MERASA SELALU DIAWASI ALLAH
Hadirin yang
berbahagia
Merasa diawasi oleh Allah Swt. Merupakan diantara pilar ketakwaan
yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun
yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya
adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
Artinya
: “Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya
Allah melihat kepadamu”.
Dulu dimasa sahabat, sikap seperti ini tertanam dengan baik dihati
setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul
Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang
menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai
anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab :
Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja.
Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala
kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika
demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia
pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup
didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu
sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Hal ini yang sangat
penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini
dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya
Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali
mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu
berbuat
maksiat kepada-Nya”.
PENUTUP
Hadirin
sekalian yang semoga dirahmati Allah
Tidak terasa
umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan
semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan,yaitu kuburan. Pelajaran yang
terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi
sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan
amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah
kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu
hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang
bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita
tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita
ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah
kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang
tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik,
dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita,
yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi
arti penyesalan. Dan Khalifah Umar bin Khatab berkata:
حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا وتزينوا للعرض
الاكبر وانما يخف الحساب يوم القيامة على من حاسب نفسه في الدنيا
"Hisablah
dirimu sebelum kamu dihisab. Berhiaslah untuk persaksian akbar karena
sesungguhnya hisab pada hari kiamat menjadi ringan bagi orang yang menghisab
dirinya sendiri".
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu
mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt.
yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak. Dan
sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia
lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah
ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang
siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah
orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun
kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih
buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”.
Kiranya cukup
sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa
Robbal ‘Aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar