Minggu, 09 Desember 2012

1 MUHARRAM SEBAGAI UPAYAH BERMUHASABAH


الحمد لله ذى الجلال والاكرام, الذي جعل شهر المحرم مفتاحا لكل عام, والصلاة والسلام عاى سيدنا محمد الداعي بقوله وفعله الى دار السلام, وعلى اله واصحابه نجوم الظلام, امابعد.
Al Mukarrom para alim ulama
Kepada .... yang saya hormati
Kepada .... yang saya hormati
Para undangan yang berbahagia
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan usia panjang kepada kita sehingga kita masih bisa menghirup udara segar dipagi hari da berkumpul dimajelis ta’lim ini.
Sholawat salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga sahabat dan seluruh pengikutnya, seluruh umat yang mengikuti beliau hingga hari pembalasan.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah
Banyak yang menjadikan moment tahun baru sebagai kesempatan untuk bersuka ria, pesta kembang api dimana-mana, terompet ditiup dimana-mana. Lalu bagaimana dengan tradisi tahun baru Hijriyah?
Memperingati tahun baru Hijriyah memang tidak pernah dilakukan oleh Rasulallah SAW sebagaimana penetapan Hijrah Nabi dan para sahabat juga tidak pernah dijadikan tonggak awal tahun Islam. Akan tetapi yang jelas, Kholifah Umar bin Khathab menjadikan hijrah Nabi dan para sahabat sebagaii tahun baru bagi uat Islam telah disepakati para sahabat meski hat itu tidak termasuk dilakukan pada masa Rasulullah SAW.

BERMUHASABAH UNTUK MENINGKATKAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Hadirin sekalian yang berbahagia
Mengadakan intropeksi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Dan inilah salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita di tahnun ini yaitu Muhasabah. Hal itu diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
ياايهاالذين امنوااتقواالله ولتنظرنفس ماقدمت لغد وتقوالله ان لله خبير بما تعملون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Hasyr : 18)
Ayat tersebut mengingatkan kepada kita, bahwa kita semua semakin tua semakin dekat dengan akhir kehidupan kita masig-masing. Dan kita semua akan mati, akan kembali kepada Allah. Maka sebaiknya kita mantapkan iman dan taqwa kita kepada Allah, kita perbanyak amal kebaikan dan pengabdian kita. Demikianlah pentingnya muhasabah di dalam diri setiap individu. Tanpa muhasabah yang ikhlas maka seseorang itu akan sentiasa berasa diri tidak pernah melakukan kesalahan. Bermuhasabahlah diri dengan hati yang terbuka agar kita boleh memperbaiki kebatilan dan kelamahan diri sebelum diri kita menemui ajal.

KESUKSESAN DAN KEGAGALAN DALAM DIRI
Hadirin yang berbahagia
Dalam muhasabah pun dikemukakan didalam hadits Rasulallah SAW. Yang diriwayatkan oleh Imam Turmudhi dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda :
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمنى على الله.
“Orang-orang yang cerdas adalah orang yang mengevaliasi dirinya dan berbuat untuk kehidupan setelah kematian. Orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan bertamanni kepada Allah”.
Hadits di atas menggambarkan pentingnya muhasabah dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Muhasabah atau intropeksi diri inilah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah SAW juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan. Adapun hal menarik yang tersirat dari hadits di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw. mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa melakukan evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam rangka peningkatan kepribadiannya sendiri.
Hadirin,,, Sementara kebalikannya, yaitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang lemah’, memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki tujuan. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap Allah.’ Maksudnya adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya tanpa beramal.

MERASA SELALU DIAWASI ALLAH
Hadirin yang berbahagia
Merasa diawasi oleh Allah Swt. Merupakan diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
Artinya : “Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Dulu dimasa sahabat, sikap seperti ini tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Hal ini yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu
berbuat maksiat kepada-Nya”.

PENUTUP
Hadirin sekalian yang semoga dirahmati Allah
Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan,yaitu kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Dan Khalifah Umar bin Khatab berkata:
حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا وتزينوا للعرض الاكبر وانما يخف الحساب يوم القيامة على من حاسب نفسه في الدنيا
"Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. Berhiaslah untuk persaksian akbar karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat menjadi ringan bagi orang yang menghisab dirinya sendiri".
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak. Dan sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”.
Kiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.



 اخر الكلام. ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar