Senin, 10 Desember 2012

NUZULUL QUR’AN MOTIVATOR DALAM MEMBACA, MENULIS DAN MENUNTUT ILMU



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله فضل بني ادم بالعلم. والعمل علي جميع العالم. والصلاة والسلام علي محمد سيد العرب والعجم. وعلي اله واصحابه ينابيع العلوم والحكم. امابعد.

Jama’ah yang berbahagia
Marilah kita bersama mengucapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan ucapan hamdalah “ الحمد لله رب العلمين ”. Karena atas limpahan ni’mat, rahmat, taufiq serta hidayahnya kita semua bisa berkupul di majelis ta’lim ini dalam keadaan sehat wal’afiyat. Amiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
اللهم صلي علي سيدنا محمد
Sholawat ma’a salam mari kita senandungkan hanya kepada Nabi kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah memberikan kita petunjuk dan uswah hasanah agar kita menjadi hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Hadirin Rohimakumulloh
Saat ini kita memperingati satu peristiwa yang sangat berarti dalam sejarah hidup, bukan saja bagi umat islam tetapi juga bagi umat manusia pada umumnya. Peristiwa besar tersebut tidaklain adalah turunnya Al Qur’an kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan peristiwa Nuzulul Qur’an.


AL QUR’AN DITURUNKAN DI MASA JAHILIYYAH
Hadirin,,,
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa sbelum Al-Qur’an diturunkan bangsa Arab tenggelam dalam satu masa yang disebut masa Jahiliyah. Kebanyakan orang Arab tidak bisa membaca bahkan menulis. Nabi kita Muhammad SAW pun dikenal sebagai Nabi yang ummi, yaitu Nabi yang tidak bisa baca tulis. Akan tetapi, ita tau bahwasannya Agama Islam merupakan agama yang identik dengan Ilmu Pengetahuan. Al Qur’an sebagai Kitab Sucinya dan pedoman bagi umatnya sejak dini telah berbicara tentang pentingnya membaca bahkan banyak pula yang berbicara tentang berbagaimacam ilmu pengetahuan.  Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci. Ilmu bagaikan pelita atau cahaya di malam yang gelap. Kok bisa?? Iya karena “al ‘ilmu nuurun” Ilmu ibarat secercah cahaya yang mana seseorang tak kan dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap tanpa ada cahaya atau penerangan, demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan salah, kecuali dengan ilmu.
Nah, dari sini muncullah sebuah pertanyaan, mengapa manusia yang dalam hal ini adalah umat Islam, diwajibkan untuk menuntut ilmu? Hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri, dimana menurut Al-Qur’an, Allah mencipta-kan manusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, di-pelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ اْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”. (QS. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan , mulut dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupa-kan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mem-punyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak. Maka dalam hal ini menusia bukan saja memiliki pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.

PERINTAH MEMBACA DALAM WAHYU PERTAMA
Bapak Ibu yang semoga dirahmati Allah
Kita tahu bahwa pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Misalnya dengan membaca dan menelaah serta memahami. Sebagaimana dalam firman Allah yang memerintahkan kita untuk membaca.  Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
اقرأ بسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق . اقرأ وربك الاكرم . الذي علم بالقلم . علم الانسان مالم يعلم .
Yang Artinya :
1.      اقرأ “Bacalah”, بسم ربك الذي خلق  “dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”.
2.       . خلق الانسان من علق Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.      اقرأ “Bacalah”,  وربك الاكرم “dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah”.
4.      الذي علم بالقلم “Yang mengajarkan (manusia) dengan pena”.
5.      علم الانسان مالم يعلم  “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Nah para hadirin,,,, Iqro’ atau perintah membaca ini adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Mungkin sangat mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan pertama kali kepada seorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turunnya Al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir hayatnya. Justru beliau Nabi Muhammad SAW tidak bisa membaca dan menulis adalah sebuah mu’jizat, kenapa? karena dengan begitu orang tidak akan ragu mengakui bahwa Al-Qur’an adalah murni wahyu dari Allah SWT tanpa campur tangan Muhammad SAW QS. Al-Ankabut ayat 48. Ayat tersebut menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang tidak bisa membaca ataupun menulis.
Pada ayat pertama ada kata Iqro’ “bacalah”. Meski tak secara langsung mengatakan “belajarlah”, namun perintah Allah dalam ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia untuk belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar. Nggeh nopo mboten...?? Sedangkan Membaca yang dimaksudkan disini tidak sekedar membaca buku atau materi pelajaran saja saudara,,,, tetapi juga bermakna sebagai perintah untuk membaca, menelaah, menyampaikan, dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta ini. Subhanalloh,,
Seorang Syekh Al Azhar bernama Abdul Halim Mahmud dalam bukunya berjudul Al-Qur’an fii Syahril Qur’an menyatakan bahwasanya makna Iqro “bismi Robbika” adalah lambang dari semua aktivitas manusia baik aktif maupun pasif senantiasa dalam koridor (selalu dihubungkan dengan) Allah SWT. Misalnya, Duduknya kita karena Allah, berjalannya kita karena Allah, bekerjanya kita karena Allah, belajarnya kita karena Allah,dan tidurnya kita karena Allah. Dan inilah yang seharusnya menjadi falsafah dalam hidup kita, bahwa semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah SWT.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah.
Tidakkah kita sadari bahwa wahyu pertama ini, yang memerintahkan untuk membaca,  mengandung makna yang luas tentang pentingnya belajar?. Setelah pada ayat pertama dan kedua beliau menyuruh membaca dengan nama allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama Tuhanmu Yang Mulia.
اقرأ وربك الاكرم Quraish Shihab menjelaskan maknanya adalah bacalah dan karena engkau telah membaca, karena keagungan dan kemuliaan Allah maka engkau pun akan menjadi mulia. Oleh karena itu pak buu,,, Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat (QS.Al-Mujadallah:11). Jikalau engkau ingin mulia maka banyaklah membaca dan meneliti.
Nah Para Hadirin,,, ayat selanjutnya adalah الذي علم بالقلم maksudnya apa?. Allah menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya berjauhan. Dan ia tidak ubahnya lisan yang berbicara. Untuk itu Allahpun mentaksirkan pula bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat. Pena itu  kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia. Dan adapun didalam Al-Qur’an Surat Al-Qolam ayat 1 yang berbunyi :
ن والقلم وما يسطرون
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”
Hadirin, tradisi baca tulis umat Islam mulai berkembang di akhir masa pemerintahan Bani Umayyah dan pemerintahan Bani Abbasiyah. Para ulama’ mulai menulis berbagai disiplin ilmu. Diantara mereka ada yang menulis tentang ilmu qiro’at, tafsir al qur’an, ada yang menulis tentag hadits, ilmu fiqih, bahasa Arab, dsb.
Dan dalam ayat selanjutnya علم الانسان مالم يعلم “Allah yang mengajarkan manusia dari apa yang tidak mereka ketahui”. Disini Allah menyatakan bawa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu.

TIDAK MEMILIH-MILIH KEPADA SIAPA BELAJAR
Para hadirin yang semoga dirahmati Allah
Kepada siapa kita belajar?... kita belajar hendaklah tidak memandang siapa dia tetapi lihatlah dan pahamilah apa yang dikatakan orang tersebut. Dirumah kita bisa belajar kepada orang tua, di sekolah kita belajar kepada guru, kita bisa belajar kepada kakak kita, adik kita, lingkungan kita, bahkan kita bisa belajar kepada seekor hewan.
Masih ingatkah hadirin dengan qisah perseteruan kedua putra Nabi Adam AS yang bernama Qobil dan Habil? Didalam Al-Qur’an diceritakan dalam Surat Al-Maidah ayat 27-32. Yang mana Habil adalah seorang yang bertaqwa kepada Allah, dan Qobil adalah orang yang jahat. Peristiwa itu terjadi karena hasutan iblis kepada qobil untuk membunuh sudaaranya si habil lantaran korbannya si Qobil tidak diterima oleh Allah SWT.
Setelah terbunuhnya si Habil oleh Qobil, si Qobil tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk jasad saudaranya tersebut. Pada akhirnya Allah tidak tega dengan jasad hambanya yang bertaqwa dilantung-lantungkan oleh Qobil. Sehingga Allah mengutus seeokor burung gagak untuk turun ke bumi dan memperlihatkan kepada Qobil bagaimana seharusnya dia menguburkan saudaranya. Maka Qobil berkata :”celakaha aku, mengapa aku tak mampu berbuat seperti burung gagak itu?” dan akhirnya Qobil melakukan hal itu kemudian dimakamkanlah mayat si Habil” disitulah Qobil sangat menyesal.
Tuu kan hadirin,, ternyata kepada hewanpun kita bisa mengambil sebuah pelajaran yang berharga.

BELAJAR MEMBAWA KEBAHAGIAAN
Para hadirin yang berbahagia
Allah SWT tidak menurunkan wahyu pertama berupa perintah untuk shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya, tetapi perintah “Iqro’ = bacalah” yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah untuk belajar. Kenapa? Karena Ini menunjukkan bahwa sebelum kita beramal, kita wajib berilmu, yang insya Allah akan mengantarkan kita pada jalan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Dan Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Tegasnya, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam. Uthluul ‘ilma faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat. Jadi hukum menuntut ilmu pada dasarnya adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya fardhu ‘ain seperti menuntut ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah seperti cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada pula yang hukumnya fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu, hukum menuntut ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain, atau menyesatkan dan membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu santet dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah tentang kebahagiaan dunia dan akhirat yang dapat diperoleh dengan memiliki ilmu pengetahuan. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibn Abaas RA berbunyi:
من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهمافعليه بالعلم
“Barang siapa yang ingin hidup (bahagia) di dunia, maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin hidup (bahagia) di akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin hidup (bahagia) di dunia dan di akhirat, maka harus dengan ilmu”.
Pekerjaan menuntut ilmu merupakan ibadah. Orang yang menuntut ilmu akan diberilkan pahala yang sangat besar dan dimudahkan baginya jalan menunju surga.
Hadits ini juga menyiratkan perintah untuk ‘memanfaatkan’ ilmu yang kita miliki. Kata orang bijak ‘ilmu yang tidak ibarat pohon tanpa buah”.
Ilmu pengetahuan berkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Jika kita berhenti belajar, sementara ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka kita akan tertinggal. Oleh karena itu, proses belajar manusia tak hanya berhenti ketika kita menyelesaikan studi di bangku pendidikan. Menuntut ilmu tak hanya dilakukan di bangku sekolah atau kuliah. Sejatinya, dunia ini adalah laboratorium pendidikan. Setiap elemennya adalah sarana untuk menambah wawasan dan mengambil pelajaran. Karena itulah, proses belajar manusia seharusnya berawal sejak manusia dilahirkan hingga kematian menjemput.
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah RA:

أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْد
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”
Hadits tersebut sekaligus menunjukkan bahwa menjadi ide dasar dalam khazanah pemikiran Islam dengan ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup, yang mana dalam menuntut ilmu sepanjang hayat ini menjadi tanggungjawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintahan.
Hadirin Rohimakumulloh
Dari penjelasan diatas kiranyaa dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya belajar, betapa pentingnya membaca, menelaah, dan memahami alam sekitar. Mari kita ajarkan kepada anank-anak kita, anak didik kita betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan, betapa pentingnya belajar terutama membaca, karena membaca adalah jendela cakrawala dunia.
Saudara,, Mari kita mengevaluasi diri, apakah kita sudah benar-benar menerimaAl-Qur’an lahir dan batin, bacaan dan pengalaman, jika belu mari kita berusaha semaksimal mungkin agar perilaku kita sesuai dengan al-qur’an. Dan  mari kita niatkan perjuangan menuntut ilmu ini sebagai ibadah kepada Allah, dengan niat suatu hari kelak akan kita bagi kepada orang lain, agar ilmu yang kita miliki tak hanya bermanfaat buat diri kita, tetapi juga makhluk Allah yang lain. Dengan niat ikhlas karena Allah, mudah-mudahan kita semua memperoleh keutamaan menuntut ilmu seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada kekurangan itu datangnya dari diri saya sebagai makhluk dhoif yang tak luput dari khilaf, dan atas semua kesalahan itu mohon dimaafkan dan dimohonkan ampun kepada Allah SWT. Semua kebenaran yang terucap datangnya dari Allah SWT sebagai Sang Khaliq yang Maha Sempurna, semoga dapat dijadikan pelajaran dan bahan renungan.

هداناالله واياكم اجمعين . ثم السلام عليكم ورحمة اللهوبركاته
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar