السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله فضل بني ادم بالعلم. والعمل علي جميع العالم. والصلاة
والسلام علي محمد سيد العرب والعجم. وعلي اله واصحابه ينابيع العلوم والحكم.
امابعد.
Jama’ah yang berbahagia
Marilah kita
bersama mengucapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan ucapan hamdalah “ الحمد لله رب العلمين ”. Karena atas limpahan ni’mat, rahmat,
taufiq serta hidayahnya kita semua bisa berkupul di majelis ta’lim ini dalam
keadaan sehat wal’afiyat. Amiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
اللهم صلي علي
سيدنا محمد
Sholawat ma’a
salam mari kita senandungkan hanya kepada Nabi kita Nabi Agung Muhammad SAW
yang telah memberikan kita petunjuk dan uswah hasanah agar kita menjadi hamba
Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Hadirin Rohimakumulloh
Saat ini kita
memperingati satu peristiwa yang sangat berarti dalam sejarah hidup, bukan saja
bagi umat islam tetapi juga bagi umat manusia pada umumnya. Peristiwa besar
tersebut tidaklain adalah turunnya Al Qur’an kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan peristiwa Nuzulul Qur’an.
AL QUR’AN DITURUNKAN DI MASA JAHILIYYAH
Hadirin,,,
Dalam catatan
sejarah disebutkan bahwa sbelum Al-Qur’an diturunkan bangsa Arab tenggelam
dalam satu masa yang disebut masa Jahiliyah. Kebanyakan orang Arab tidak bisa
membaca bahkan menulis. Nabi kita Muhammad SAW pun dikenal sebagai Nabi yang
ummi, yaitu Nabi yang tidak bisa baca tulis. Akan tetapi, ita tau bahwasannya
Agama Islam merupakan agama
yang identik dengan Ilmu Pengetahuan. Al Qur’an sebagai Kitab Sucinya dan
pedoman bagi umatnya sejak dini telah berbicara tentang pentingnya membaca
bahkan banyak pula yang berbicara tentang berbagaimacam ilmu pengetahuan. Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong
suci. Ilmu bagaikan pelita atau cahaya di malam yang gelap. Kok bisa?? Iya
karena “al ‘ilmu nuurun” Ilmu ibarat secercah cahaya yang mana seseorang tak
kan dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap tanpa ada cahaya atau
penerangan, demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan
salah, kecuali dengan ilmu.
Nah, dari sini muncullah sebuah pertanyaan, mengapa manusia yang
dalam hal ini adalah umat Islam, diwajibkan untuk menuntut ilmu? Hal ini
sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri, dimana menurut Al-Qur’an,
Allah mencipta-kan manusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya
perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu
itu harus digali, di-pelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ اْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”. (QS. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan , mulut dan hati atau akal adalah
merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah
berikan kepada manusia merupa-kan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya,
dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu.
Karena kemampuannya menalar dan mem-punyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran yang abstrak. Maka dalam hal ini menusia bukan saja memiliki
pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.
PERINTAH MEMBACA DALAM
WAHYU PERTAMA
Bapak Ibu yang semoga
dirahmati Allah
Kita tahu bahwa pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya
dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan
perasaan dan intuisi. Misalnya dengan membaca dan menelaah serta memahami. Sebagaimana
dalam firman Allah yang memerintahkan kita untuk membaca. Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang
berbunyi :
اقرأ بسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق .
اقرأ وربك الاكرم . الذي علم بالقلم . علم الانسان مالم يعلم .
Yang
Artinya :
1.
اقرأ “Bacalah”, بسم ربك الذي خلق “dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan”.
2. . خلق الانسان من علق Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
3.
اقرأ
“Bacalah”, وربك الاكرم
“dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah”.
4.
الذي علم بالقلم “Yang
mengajarkan (manusia) dengan pena”.
5.
علم الانسان مالم يعلم “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Nah para hadirin,,,, Iqro’ atau perintah membaca ini
adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
Mungkin sangat mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan pertama kali
kepada seorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turunnya
Al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir
hayatnya. Justru beliau Nabi Muhammad SAW tidak bisa membaca dan menulis adalah
sebuah mu’jizat, kenapa? karena dengan begitu orang tidak akan ragu mengakui
bahwa Al-Qur’an adalah murni wahyu dari Allah SWT tanpa campur tangan Muhammad
SAW QS. Al-Ankabut ayat 48. Ayat tersebut menerangkan bahwa Nabi Muhammad
adalah orang yang tidak bisa membaca ataupun menulis.
Pada ayat pertama ada kata Iqro’
“bacalah”. Meski tak secara langsung mengatakan “belajarlah”, namun perintah
Allah dalam ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia
untuk belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar. Nggeh
nopo mboten...?? Sedangkan Membaca yang dimaksudkan disini tidak sekedar
membaca buku atau materi pelajaran saja saudara,,,, tetapi juga bermakna
sebagai perintah untuk membaca, menelaah, menyampaikan, dan memahami
tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta ini. Subhanalloh,,
Seorang Syekh Al Azhar bernama Abdul
Halim Mahmud dalam bukunya berjudul Al-Qur’an fii Syahril Qur’an menyatakan
bahwasanya makna Iqro “bismi Robbika” adalah lambang dari semua aktivitas
manusia baik aktif maupun pasif senantiasa dalam koridor (selalu dihubungkan
dengan) Allah SWT. Misalnya, Duduknya kita karena Allah, berjalannya kita
karena Allah, bekerjanya kita karena Allah, belajarnya kita karena Allah,dan tidurnya
kita karena Allah. Dan inilah yang seharusnya menjadi falsafah dalam hidup
kita, bahwa semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah SWT.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah.
Tidakkah kita sadari bahwa wahyu
pertama ini, yang memerintahkan untuk membaca, mengandung makna yang luas tentang pentingnya
belajar?. Setelah pada ayat pertama dan kedua
beliau menyuruh membaca dengan nama allah yang menciptakan manusia dari
segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama Tuhanmu Yang Mulia.
اقرأ وربك الاكرم Quraish
Shihab menjelaskan maknanya adalah bacalah dan karena engkau telah membaca,
karena keagungan dan kemuliaan Allah maka engkau pun akan menjadi mulia. Oleh
karena itu pak buu,,, Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan
berilmu beberapa derajat (QS.Al-Mujadallah:11). Jikalau engkau ingin mulia maka
banyaklah membaca dan meneliti.
Nah Para Hadirin,,, ayat selanjutnya
adalah الذي علم بالقلم maksudnya apa?. Allah menjadikan pena
sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya
berjauhan. Dan ia tidak ubahnya lisan yang berbicara. Untuk itu Allahpun mentaksirkan pula bahwa dengan pena ilmu dapat
dicatat. Pena itu kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan
oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia. Dan adapun
didalam Al-Qur’an Surat Al-Qolam ayat 1 yang berbunyi :
ن والقلم وما يسطرون
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”
Hadirin, tradisi baca tulis umat Islam mulai berkembang di akhir
masa pemerintahan Bani Umayyah dan pemerintahan Bani Abbasiyah. Para ulama’
mulai menulis berbagai disiplin ilmu. Diantara mereka ada yang menulis tentang
ilmu qiro’at, tafsir al qur’an, ada yang menulis tentag hadits, ilmu fiqih,
bahasa Arab, dsb.
Dan dalam ayat selanjutnya علم
الانسان مالم يعلم “Allah yang mengajarkan manusia dari apa yang tidak mereka
ketahui”. Disini
Allah menyatakan bawa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq, kemudian mengajari manusia
dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya
diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan
kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu.
TIDAK MEMILIH-MILIH KEPADA SIAPA
BELAJAR
Para hadirin yang semoga dirahmati
Allah
Kepada siapa kita belajar?... kita
belajar hendaklah tidak memandang siapa dia tetapi lihatlah dan pahamilah apa
yang dikatakan orang tersebut. Dirumah kita bisa belajar kepada orang tua, di
sekolah kita belajar kepada guru, kita bisa belajar kepada kakak kita, adik
kita, lingkungan kita, bahkan kita bisa belajar kepada seekor hewan.
Masih ingatkah hadirin dengan qisah
perseteruan kedua putra Nabi Adam AS yang bernama Qobil dan Habil? Didalam
Al-Qur’an diceritakan dalam Surat Al-Maidah ayat 27-32. Yang mana Habil adalah
seorang yang bertaqwa kepada Allah, dan Qobil adalah orang yang jahat.
Peristiwa itu terjadi karena hasutan iblis kepada qobil untuk membunuh
sudaaranya si habil lantaran korbannya si Qobil tidak diterima oleh Allah SWT.
Setelah terbunuhnya si Habil oleh
Qobil, si Qobil tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk jasad saudaranya
tersebut. Pada akhirnya Allah tidak tega dengan jasad hambanya yang bertaqwa
dilantung-lantungkan oleh Qobil. Sehingga Allah mengutus seeokor burung gagak
untuk turun ke bumi dan memperlihatkan kepada Qobil bagaimana seharusnya dia
menguburkan saudaranya. Maka Qobil berkata :”celakaha aku, mengapa aku tak
mampu berbuat seperti burung gagak itu?” dan akhirnya Qobil melakukan hal itu
kemudian dimakamkanlah mayat si Habil” disitulah Qobil sangat menyesal.
Tuu kan hadirin,, ternyata kepada hewanpun kita bisa
mengambil sebuah pelajaran yang berharga.
BELAJAR MEMBAWA KEBAHAGIAAN
Para hadirin yang berbahagia
Allah SWT tidak menurunkan wahyu
pertama berupa perintah untuk shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya,
tetapi perintah “Iqro’ = bacalah” yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah
untuk belajar. Kenapa? Karena Ini menunjukkan bahwa sebelum kita beramal, kita wajib
berilmu, yang insya Allah akan mengantarkan kita pada jalan kebahagiaan duniawi
dan ukhrowi. Dan Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di
akhirat. Oleh sebab itu perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki
dan perempuan. Tegasnya, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam.
Uthluul ‘ilma faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat. Jadi hukum menuntut
ilmu pada dasarnya adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya fardhu ‘ain seperti
menuntut ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah seperti
cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada pula yang hukumnya fardu kifayah,
seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti
ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara
tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam
muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu,
hukum menuntut ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat
mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain, atau menyesatkan dan
membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu santet dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan sabda
Rasulullah tentang kebahagiaan dunia dan akhirat yang dapat diperoleh dengan
memiliki ilmu pengetahuan. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dari Ibn Abaas RA berbunyi:
من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن
ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهمافعليه بالعلم
“Barang siapa yang ingin hidup
(bahagia) di dunia, maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin hidup
(bahagia) di akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin hidup
(bahagia) di dunia dan di akhirat, maka harus dengan ilmu”.
Pekerjaan
menuntut ilmu merupakan ibadah. Orang yang menuntut ilmu akan diberilkan pahala
yang sangat besar dan dimudahkan baginya jalan menunju surga.
Hadits ini juga menyiratkan perintah untuk ‘memanfaatkan’ ilmu yang kita miliki. Kata orang bijak ‘ilmu yang tidak ibarat pohon tanpa buah”.
Hadits ini juga menyiratkan perintah untuk ‘memanfaatkan’ ilmu yang kita miliki. Kata orang bijak ‘ilmu yang tidak ibarat pohon tanpa buah”.
Ilmu
pengetahuan berkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Jika kita berhenti
belajar, sementara ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka kita akan
tertinggal. Oleh karena itu, proses belajar manusia tak hanya berhenti ketika
kita menyelesaikan studi di bangku pendidikan. Menuntut ilmu tak hanya
dilakukan di bangku sekolah atau kuliah. Sejatinya, dunia ini adalah
laboratorium pendidikan. Setiap elemennya adalah sarana untuk menambah wawasan
dan mengambil pelajaran. Karena itulah, proses belajar manusia seharusnya
berawal sejak manusia dilahirkan hingga kematian menjemput.
Rasulullah
SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah
RA:
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْد
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”
Hadits
tersebut sekaligus menunjukkan bahwa menjadi ide dasar dalam khazanah pemikiran
Islam dengan ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup, yang
mana dalam menuntut ilmu sepanjang hayat ini menjadi tanggungjawab bersama
keluarga, masyarakat dan pemerintahan.
Hadirin
Rohimakumulloh
Dari
penjelasan diatas kiranyaa dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya
belajar, betapa pentingnya membaca, menelaah, dan memahami alam sekitar. Mari
kita ajarkan kepada anank-anak kita, anak didik kita betapa pentingnya memiliki
ilmu pengetahuan, betapa pentingnya belajar terutama membaca, karena membaca
adalah jendela cakrawala dunia.
Saudara,, Mari kita mengevaluasi
diri, apakah kita sudah benar-benar menerimaAl-Qur’an lahir dan batin, bacaan
dan pengalaman, jika belu mari kita berusaha semaksimal mungkin agar perilaku
kita sesuai dengan al-qur’an. Dan mari kita
niatkan perjuangan menuntut ilmu ini sebagai ibadah kepada Allah, dengan niat
suatu hari kelak akan kita bagi kepada orang lain, agar ilmu yang kita miliki
tak hanya bermanfaat buat diri kita, tetapi juga makhluk Allah yang lain. Dengan
niat ikhlas karena Allah, mudah-mudahan kita semua memperoleh keutamaan
menuntut ilmu seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Aamiin
Allahumma Aamiin.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada
kekurangan itu datangnya dari diri saya sebagai makhluk dhoif yang tak luput
dari khilaf, dan atas semua kesalahan itu mohon dimaafkan dan dimohonkan ampun
kepada Allah SWT. Semua kebenaran yang terucap datangnya dari Allah SWT sebagai
Sang Khaliq yang Maha Sempurna, semoga dapat dijadikan pelajaran dan bahan
renungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar